Kamis, Desember 15, 2011

Sekilas Tentang Creative Writhink

Hmm, mau sharing tentang creative writhink bareng Fahd Djibran seminggu yang lalu di Pameran Buku Bandung aja deh. Seminggu yang lalu sempet ikutan di acara temu penulis dan sekilas tentang creative writhink dari jam setengah 8 malem sampe jam 8 malem-an.

Writhink: menulis kreatif dengan berpikir kreatif. Jadi, nggak sekedar menulis tapi juga berpikir secara kreatif saat proses penulisan itu sendiri.

Menulis itu menyampaikan gagasan dengan kata-kata yang tepat, jadi ada kombinasi sempurna di dalam kata-kata dan pikiran.

"I'm not a good writer, I'm a good re-writer," kata Fahd Djibran. Kadang yang kita tuliskan adalah hal yang sama yang pernah ditulis oleh orang lain tetapi dengan cara/gaya yang berbeda. 

Tulisan yang baik itu mencakup 4 hal:
-content
-context
-coherence
-color
Dalam sebuah tulisan yang bagus itu ada satu pesan besar yang disampaikan dan bagaimana pesan itu didukung dengan info-info lainnya. Juga, harus dicermati tentang ke mana dan di mana tulisan itu akan "berada" terkait siapa pembacanya dan di media mana tulisan itu diterbitkan. Dan yang penting juga ada kekhasan dalam tulisan itu sendiri; ada cara/pendekatan dari pikiran kita sendiri.

Fahd Djibran juga mulai mempopulerkan fiksi lintas media. Sampai ada sebuah mimpi kalau nantinya yang ada di pameran itu bukan hanya lukisan/gambar, tetapi kata-kata, trus juga yang ada di konser bukan hanya lagu/musik tapi kata-kata.

*maaf, kalau informasinya choppy soalnya yang ditulis (eh diketik) di hape waktu ikut acara cuma berupa frase-frase singkat hehe.

Di akhir acara ditampilkan sebuah video revolvere project (bisa diliat di youtube tapi aku lupa link-nya), penggabungan antara narasi cerita dengan sebuah lagu. Karena aku udah mengunduh videonya, jadi aku udah nggak terlalu merhatiin lagi. Eh, malah sempet ngeliatin yang jadi fotografer pas acara itu, manis sih orangnya hehe [I just love seeing a guy who has dimples in his cheeks], pengen aku candid difoto pake kamera hape tapi nggak enak juga kalau ketauan, jadi ya cuman diliatin doang [haha, ngga' penting].

Kamis, November 24, 2011

At Office

My Desk for These 6 Months

(masih ada setumpuk katalog buku dr Frankfurt--tuh yg di pojok)

Sempet ngemil buah stroberi di sore hari (dimakan rame-rame)

Minggu, Oktober 23, 2011

Jalan Pulang

Lama nggak update nih blog :(
Kemana aja?

Masih di sini.
Belum ke mana-mana.
Hanya saja ingin rasanya kembali...
pulang...

Kenapa aku jadi ingin pulang?


"We just need to stay away for a moment to get back home."
"We never know what 'comeback' is, if we haven't been anywhere." [Life Traveler]

(posting singkat di tengah waktu istirahat siang^^)

Senin, September 26, 2011

Updating My Life

Wah, udah lama nggak nggedabrus  di blog hihihi. Sibuk? Banyak pekerjaan? Hmm, lebih tepatnya karena sedang berusaha menemukan ritme di lingkungan yang baru di sini.


Beberapa kabar (nggak) penting dari saya kali ini adalah:
10 September 2011
Berangkat ke Bandung dengan tiket kereta yang mahal abis! Hanya bawa satu backpack yang dipenuhi dengan baju dan perbekalan sementara.

11 September 2011
Sampai di kamar kost untuk pertama kali. Karena kamarku masih  belum jadi, untuk sementara aku tinggal di kamar kost cowok (iya, ini ada kamar kost cowok sama cewek tapi bener-bener dipisah jadi kemungkinan cewek sama cowok berpapasan itu hampir nol persen). Penghuni sesungguhnya dari kamar kost sementara yang aku tempati waktu itu masih akan datang bulan depan. 

12 September 2011
Wawancara dengan pihak HRD, ya sedikit wawancara dan kepastian gaji hehe.

13 September 2011
Masuk kantor untuk pertama kali. Berasa jadi kayak alien yang baru turun ke bumi, asing. Di mana-mana orang berbahasa Sunda, aku? Bengong! Dikenalin ke orang-orang kantor dan dalam waktu 5 detik, aku sudah lupa nama-nama mereka semua. 

14 September 2011
Udah kena marah, hihi maklum saya orang baru jadi nggak ngerti apa-apa. Ngurus ijin libur dua hari buat wisuda. Sorenya langsung cabut ke stasiun dan balik ke Malang dengan naik tiga  kali kereta ekonomi (total biayanya 52 ribu saja), ntar deh kayaknya ada posting khusus yang membahas perjalananku kali ini.

15 September 2011
Nyampe Malang udah isya’, rasanya? Awakku remek, rek!

16 September 2011
Ke kampus ikut gladi bersih, makan bareng temen-temen kuliah di Food Court Matos (entah kapan bisa kumpul lagi kayak waktu itu). Pinjem kebaya temen. Menikmati waktu di rumah.


17 September 2011
Wisuda! Yiaaay!!! Nggak ke salon dan merias diri sendiri untuk pertama kalinya, hahaiy lumayan lah buat pemula. Ada momen yang ternyata bikin aku sukses nangis di sini, tentang ibu…bapak…dan diriku sendiri. Melankolis banget wes. Sepulang wisuda langsung ngebut pulang dan ke stasiun kereta, fiuh…Alhamdulillah masih kebagian tiket yang saat itu hanya tersisa 2 tiket saja. 



 
My Wonderful Heroes




















18 September 2011
Balik ke kost-an (kali ini udah nggak pakai nyasar-nyasar lagi kayak seminggu sebelumnya, hehe). Bawa satu backpack dan satu handbag, cukup lah buat beberapa potong baju selama di sini. Istirahat sepanjang masa eh hari Minggu…

19-23 September 2011
Belajar mengikuti ritme kerja di kantor from eight to five. Biasanya pulang dari kantor, langsung mandi, shalat sampe isya’, sedikit nulis kegiatan harian sambil ndengerin lagu, trus tidur wes. 

24 September 2011
Hahaiy, baru 2 minggu kerja udah bisa ikutan kegiatan Annual Party nih. Ada acara kantor yang diadakan di Dago Tea House. Lumayan bisa sedikit bersosialisasi dengan yang lain.
Sorenya, ke kost-an temen trus diajakin ke Braga Festival. Kota Bandung lagi ulang tahun yang ke-201. Wah, ini sih agak mirip sama Malang Tempo Doeloe. Bedanya kalau di Bandung tuh ada di sepanjang jalan Braga sedangkan di Malang ada di sepanjang jalan Ijen.

 

25 September 2011
Semaleman ngobrol sama temen (dia dulu temen SMP-SMA yang lanjut kuliah di Bandung), senang rasanya bisa ngomong Jowo sama dia, lidah ini masih bimbang mengikuti bahasa Sunda hiks. Habis sarapan, jalan sendirian ke pasar Minggu Gasibu, cari beberapa barang keperluan.
Siangnya pulang ke kost-an, yiaay…lumayan nggak nyasar lagi kali ini hehe. Capek juga, ngantuk pisan!

Overall, semingguan ini emang cukup berat buatku. Berusaha mencari ritme keseharianku, bismillah semoga masih tetap bisa istiqomah…
Kayak katanya Syahrini, “Alhamdulillah ya, sesuatu banget…” Alhamdulillah…aku diberi kesempatan untuk bisa hijrah ke Bandung selama 6 bulan ke depan (soalnya kerjanya kontrak sampe 6 bulan, hehe).

Minggu, September 25, 2011

From Eight to Five

Aih, baru bisa merasakan betapa bahagianya berada di hari Jumat (dan sekarang udah di hari Senin lagi). Hmm, dan ini masih akan berlangsung beberapa minggu lagi. Oke, it's (just) from eight to five...no problemo...

Minggu, September 18, 2011

Melihat Kesendirian

Sudah malam. Mata sudah sangat lelah. Lingkaran hitam sudah mewarnai kantung mata. Ingin segera terlelap. Sudah ada amanah yang harus dikerjakan besok. Hanya saja, godaan untuk menulis kali ini lebih kuat.

Untuk pertama kalinya aku ngeblog dari dalam kamar kost sebagai anak kost. Rasanya? masih belum terbiasa. Jika biasanya saat tiba di rumah, masakan ibu sudah siap di meja, kini kalau lapar harus keluar membeli makanan sendiri. Jika tiap malam sering berargumen dengan adik saat menonton televisi, kini aku bahkan tak berkesempatan untuk menonton televisi karena memang  tidak ada televisi di kamar kost.

Bosan. Sepi.

Sesekali masih berkirim sms ke para sahabat. Membagikan semua kesendirian yang ada di sini. Masih merasa asing dengan sebuah dunia yang dulu kudambakan. Iya, inilah yang memang aku pinta pada-Nya. Dia pun mengabulkannya. Tampaknya aku memang harus menempa diriku dengan lebih maksimal. Itulah kenapa Allah mengabulkan permintaanku.

Saat aku mencoba melihat kesendirian, yang kulihat hanya sebuah bayang samar. Tidak. Tidak ada kesendirian. Tidak tampak kesendirian. Hanya sebuah bayang samar. Bayang yang sedang menutupi sesuatu, sesuatu yang jauh lebih indah dan berwarna.

[wah, lumayan nih dari dalam kamar kost bisa connect ke hotspot jadi bisa sering on-line]

Rabu, September 07, 2011

Indonesia dan Bahasa Daerah*

Suatu sore pada pukul 15.00 dari Stasiun Kota Baru Malang, Kereta Matarmaja yang saya tumpangi menuju Jakarta baru saja melaju.

Sewuan, sewuan…,” seru seorang pedagang makanan menjajakan makanannya.
Saat kereta terus melaju ke arah barat, keesokan harinya…
Saribuan, saribuan…,” pedagang yang lain juga tampak semangat menawarkan dagangannya kepada para penumpang kereta.
Sewuan, saribu, dua kata yang berbeda tetapi memiliki sebuah arti yang sama: seribuan. Pedagang yang berbeda dari dua suku yang berbeda (Jawa dan Sunda) sama-sama menjemput rejeki dengan menjual makanan ringan seharga seribu per satuannya. Mereka menggunakan bahasa daerah masing-masing dalam ‘mempromosikan’ dagangannya.

Di kesempatan yang lain, saat saya baru saja tiba di Bandung, saya merasakan roaming. Orang-orang di sekitar saya menggunakan bahasa Sunda yang sama sekali tidak familiar di telinga saya. Jika biasanya saya disapa dengan panggilan Mbak, kini disapa dengan panggilan Neng. Agak kikuk rasanya, tapi ya mau bagaimana lagi.

Saat saya berkunjung ke Universitas Negeri Jakarta, saya jarang sekali mendengar adanya percakapan dalam bahasa Jawa. Hal ini tentu berbeda sekali dengan yang sering saya dengar di kampus saya, Universitas Negeri Malang, di mana sebagian besar mahasiswanya menggunakan bahasa Jawa dalam percakapan sehari-hari. Tentu saja berbeda, ya, hehe. 

Saya pernah disangka oleh seorang kawan bahwa saya ini orang  Surabaya, ya sebenarnya tidak terlalu meleset juga karena saya asli Malang (cukup 2 jam jaraknya dari Surabaya jika ditempuh dengan bus patas). Tampaknya kawan saya itu menebaknya dengan cara (logat) bicara saya. Ah, belum tahu dia jika di Malang ada juga boso walikan. Setiap kata diucapkan secara terbalik. Misalnya kata “saya” berubah menjadi “ayas”, dan kata “rek” (sapaan antar sesama teman) bisa berubah menjadi “ker”. Yang paling familiar adalah kata “arek Malang” yang berubah menjadi “kera Ngalam”, huruf “e” dalam “kera” diucapkan seperti “e” dalam “bebek”.

Indonesia dengan keberagaman suku dan budayanya tak pernah lepas dari bahasa daerah yang dimiliki di wilayah masing-masing. Salah satu contohnya ada di Jawa Timur. Pulau Madura punya bahasa Madura dan menurut penjelasan seorang kawan asli Pamekasan, bahkan bahasa Madura itu pun bisa berbeda-beda tergantung daerahnya. Di kampus mudah saja menebak seorang kawan itu asli Malang atau bukan dengan mendengar bagaimana ia menyapa teman-temannya. Jika ia menyapa dengan “Rek” maka ia bisa cukup dipastikan berasal dari Malang, tetapi jika menyapa dengan “Cah” (yang berasal dari kata bocah) ada kemungkinan dia berasal dari Blitar atau Kediri.

Bahasa daerah itu sangat unik. Kita bisa menebak seseorang itu berasal darimana dengan mengetahui logat atau dialek bicaranya, seperti seorang kawan yang berasal dari Padang. Meskipun dia sedang (berusaha) bercakap-cakap dengan bahasa Jawa, tetap saja bisa ditebak bahwa dia bukan asli orang Jawa. Saat berada di sebuah forum nasional, seorang peserta pernah protes karena mendengar saya dan kawan saya yang sama-sama asli Malang sedang bercakap-cakap dalam bahasa Jawa khas Malang. “Jangan pakai bahasa planet,” sindirnya dengan nada bercanda yang dimaksudkan agar saya dan kawan saya ini menggunakan bahasa Indonesia saja dalam berkomunikasi.

Pulau Jawa meski memiliki bahasa Jawa sebagai bahasa daerah, tetapi tetap saja ada perbedaan-perbedaan di tiap daerahnya. Di Jawa Timur misalnya, bahasa Suroboyoan cukup dikenal dengan penggunaan bahasa Jawa yang lebih ‘kasar’ dari bahasa Jawa di daerah lain. Bahkan seorang kawan dari Madiun pernah merasa bahwa orang Malang sudah terlalu kasar dalam berbicara, meski Madiun dan Malang sama-sama memiliki bahasa Jawa sebagai bahasa daerah. Sebuah kata dalam bahasa Jawa bisa tidak dipahami oleh orang berbahasa Jawa lainnya. Saya sempat bingung saat seorang kawan menyebut kata “panggah”, dan saya baru ngeh bahwa kata itu berarti “tetep” dalam bahasa yang saya-gunakan-sehari-hari . Panggah=tetep=tetap. Konon, semakin ke barat bahasa Jawa akan semakin halus. Bahasa Jawa arek Malang bisa dipastikan akan berbeda jika dibandingkan dengan cah Solo, misalnya. Orang Yogya mungkin akan beranggapan bahwa orang Surabaya tidak sopan karena berbicara terlalu cepat dan blak-blakan. Sebaliknya, orang Malang bisa beranggapan orang Solo terlalu ‘lamban’ hanya karena cara bicaranya yang pelan. Saya tidak bermaksud untuk mendiskriminasi salah satu pihak, hanya saja saya ingin menunjukkan betapa bahasa daerah di Indonesia itu sangat unik dan menarik untuk dikenal. Ah, saya sendiri pernah kebingungan saat diajak mengobrol dengan ibu seorang teman yang berasal dari Semarang. Entah kenapa meskipun sama-sama menggunakan bahasa Jawa, saya sempat tidak mengerti apa yang ditanyakan oleh ibu teman saya itu. Sempat bertanya-tanya, “Kenapa saya tidak nyambung, ya?”

Keunikan bahasa daerah yang ada di Indonesia juga sering dijadikan bahan untuk melawak. Contohnya ada pada Sule salah satu pelawak di Opera van Java. Dia begitu ‘berhasil’ mengundang tawa para penonton saat ia berusaha menggunakan bahasa Jawa yang cukup terdengar ‘lucu’ di lidah Sunda-nya. Saat menggelar road show di Malang, hanya dengan dua tiga kata dalam bahasa Jawa yang diucapkannya, sontak semua orang bisa tertawa. Begitu pula saat menggelar road show di Bali atau Semarang. Bahasa daerah memang memiliki sebuah daya tarik tersendiri.

Seorang dosen di kampus saya pernah mendapat guyonan dari seorang kerabatnya. “Sudah jauh-jauh kuliah di Amerika, tapi bicara bahasa Jawa masih lancar.” Saat beliau di Amerika pun, seorang profesor pernah dengan tepat menebak bahwa dosen saya ini adalah asli orang Jawa. “Pelafalan ‘b’ dan ‘d’ yang Anda miliki lebih berat,” jelasnya saat dosen saya bertanya padanya. Sepertinya sebagian besar orang Indonesia tahu, bahwa orang Jawa memiliki kecenderungan pelafalan huruf b dan d yang lebih ‘berat’ atau istilahnya medhok. Beliau pun menjelaskan bahwa bagaimana pun bahasa ibu itu susah untuk dihilangkan.
Bahasa daerah sering terbawa saat sedang berbicara berbahasa asing. Sudah menjadi bahan candaan di kelas, bahwa ada beberapa orang yang masih berkomunikasi dengan JavLish alias Javanesse-English. Jadi ia berkomunikasi dengan menggunakan bahasa Inggris tapi masih kelihatan medhok-nya. Seorang teman yang berasal dari Madura pun masih kelihatan Madura-nya saat ia sedang berkomunikasi dengan bahasa Inggris.
Beberapa acara di televisi yang mengangkat wajah Indonesia dari sisi keberagaman sukunya, dapat dipastikan akan selalu ada bahasa daerah yang dimiliki di masing-masing daerah. Kalimat “Apa kabar?” mungkin memiliki ratusan padanan yang sama dalam bahasa daerah yang ada di Indonesia. Kalimat sapaan juga memiliki beragam variasi di masing-masing daerah. Tampaknya bahasa daerah itu sendiri dapat dijadikan salah satu kekayaan negeri ini.

Sebagian besar masyarakat Indonesia fasih menggunakan setidaknya dua bahasa dalam berkomunikasi, yaitu bahasa daerah atau bahasa ibu dan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional. Bukankah itu adalah salah satu kelebihan yang dimiliki oleh orang Indonesia? Sesuai dengan semboyan Bhinneka Tunggal Ika, meski ada ratusan bahasa daerah yang dimiliki Indonesia, tetap saja kita semua adalah orang Indonesia.

Hhhm, tampaknya cukup menarik jika ada paket wisata yang mengajak para wisatawan domestik atau luar negeri untuk “berwisata bahasa”. Atau mungkin dengan menyediakan sebuah museum bahasa daerah dengan menunjukkan betapa kayanya Indonesia dengan keragaman bahasa daerah yang dimiliki. Saya bangga dengan bahasa daerah saya dan bersyukur menjadi seseorang yang terlahir di Indonesia. Meskipun saya mengambil kuliah di jurusan bahasa Inggris, hal ini lebih karena saya ingin mengembangkan kemampuan bahasa saya. Siapa tahu suatu saat nanti saya bisa mengenalkan bahasa Jawa ke masyarakat dunia khususnya yang terlahir di English speaking countries dengan menggunakan kemampuan bahasa Inggris saya, sambil berkata “Mister, Madame, Mbak-mbak, Mas-mas, monggo mampir dhateng Indonesia. I’ll make sure you’ll be amazed and impressed there!” (Tuan, Nyonya, Mbak, Mas,  silahkan datang ke Indonesia. Saya bisa pastikan bahwa Anda akan merasa takjub dan kagum berada di negeri saya).

*tulisan ini pernah diikutkan lomba kompetisi menulis di blog, tapi nggak menang hehe...

The Invisible Chain

Pause.
Where were you?
Where are you now?
Where will you be then?

Everyone is living through an invisible chain.
They related to each other.

We are walking through the invisible change.
There is no doubt, everything may happen for at least a reason.

There is nothing happen so coincidentally.
We are pulled and pushed into something in every second.

The invisible chain was created by the owner of invisible hands.
May He always watch over us. Every second. Every moment.

Selasa, September 06, 2011

Lebaran Tahun Ini

Idul Fitri tahun ini alhamdulillah bisa kujumpai dan kujalani bersama keluarga. Seperti tahun-tahun sebelumnya, saat malam takbir kami semua berkumpul di rumah Mbah. Pagi harinya shalat Ied, setelah itu ziarah ke makam mbah kakung. Baru setelah itu berkeliling ke rumah para tetangga.

Dulu aku cukup mempunyai banyak teman bermain saat kecil di lingkungan rumah Mbah ini. Tahun demi tahun berlalu, satu per satu mulai berubah. Salah satunya adalah banyak diantaranya yang sudah menikah. Wah, "ajaibnya" mereka semua masih inget namaku padahal udah beberapa tahun terakhir aku ke rumah mbah cuma pas lebaran (setahun sekali). Aku? Hehe, aku malah hampir lupa nama dari beberapa temanku itu. Paling cuma senyum aja saat "ber-lahir batin".

Yaps, manusia tumbuh. Beberapa tetangga kadang menebak-nebak apa benar aku dan adekku adalah anak dari ibuku (hehe, emangnya anak siapa lagi). Apalagi adek laki-lakiku yang terlihat makin  jangkung. Biasanya mereka geleng-geleng dan nggak menyangka kami sudah sebesar ini hehe.

Setelah acara keliling ke rumah tetangga, di rumah Mbah mulai cemal-cemil makan kue-kue lebaran. Beberapa saudara mulai berpencar ke rumah saudara yang lain. Kalau aku biasanya hanya di rumah Mbah saja sampai 3-6 hari ke depan. Kadang sampe bosen juga, hehe. Nonton tivi. Tidur siang. Nonton tivi. Makan. Sms-an. Tidur. Dan begitu seterusnya hoho...

Alhamdulillah...
Ied Mubarak ^^

Senin, September 05, 2011

Teman-Teman "Unik"

Entahlah, apa definisi "unik" yang aku buat untuk judul postingan ini. Mungkin tentang teman-teman yang kukenal dengan cara yang berbeda. Berbeda dalam hal? Hmm, berbeda dari kebanyakan caraku mengenal teman-teman pada umumnya. Hehe, baiklah. Lupakan tentang definisi atau apapun itu.

*sengaja kali ini aku tak menyebutkan  nama mereka*

Dia kukenal saat duduk di bangku kelas 2 SMP melalui surat. Yups, sahabat pena. Dulu aku sangat menyukai dunia surat-menyurat (korespondensi). Waktu itu aku sering beli tabloid Fantasi dan di situ biasanya halaman khusus tentang siapa saja yang mau bersahabat pena.

Minggu, Agustus 28, 2011

Quote to Shout #3

When you've got a secret
Then you've got to keep it
When you've got a question
Answers will come 
[Sleeping Sun, Coldplay]

Jumat, Agustus 26, 2011

Trying to Believe (One of) My Dreams

I envy them. It's true that they look so happy on my eyes. I can tell it at once while I'm still daydreaming through days. There is one thing popped out again from my mind. Yes, there is a dream I want to achieve. I failed once to make it true and I'd denied that I regretted it. I really want to step forward not only regretting what had happened in the past. Yesterday, I watched a show on tv all alone. It was so exciting when we could climb to the top proving that we always can reach the top as we always have belief. People may say there is nothing impossible happened in this world. That's what people say, I say, "I think they are not wrong." Bismillah...I believe Allah will always guide me to make my dreams come true...as long as I always fight for it. 

Kamis, Agustus 25, 2011

Quote to Shout #2

An idiom:
Every cloud has a silver lining. 


"Selalu ada pelajaran yang bisa dipetik dari kejadian buruk yang mungkin kita alami."

Eksperimen Kodok dan Zona Nyaman

Lagi  baca "Berdamai dengan Kematian"-nya Komaruddin Hidayat, ada satu ilustrasi tentang eksperimen  kodok berkaitan dengan zona nyaman.

Kodok pertama: Ia dimasukkan ke dalam sebuah panci yang diisi air dingin. Secara perlahan, panci itu dipanasi. Si kodok awalnya hanya merasa hangat dan tetap tinggal di dalam panci itu. Namun, lama-kelamaan suhu air akan semakin meningkat. Kodok yang tinggal di dalamnya lama-kelamaan akan lemas dan tak bertenaga. Hingga saat air sudah mendidih, si kodok sudah matang dan (siap dihidangkan) mati. Ia tak sempat meloncat dan hanya bisa pasrah terendam di dalam panci hingga ajal menjemput.

Kodok kedua: Ia dimasukkan ke dalam sebuah panci berisi air dingin. Secara tiba-tiba, kita siram kodok itu dengan air panas. Maka, si kodok akan segera meloncat dan ia pun masih bisa hidup.

Jadi?
Seperti yang pernah aku alami. Berada dalam zona nyaman memang sangat nyaman dan melenakan. Tidak perlu bersusah payah melakukan sesuatu. Semua sudah tersedia. Rasanya dunia selalu tampak baik-baik saja. Tak perlu repot atau pusing akan makan apa esok hari. Tak pernah tertekan karena target yang tak kunjung tercapai. Namun, akan kah seperti itu selamanya?

Aku nggak mau jadi kodok yang mati lemas. Setidaknya, aku akan mencoba menjadi kodok yang masih bisa melompat dan tetap bertahan hidup meskipun sudah diguyur air panas. Setidaknya, aku bisa mengusahakan sesuatu meskipun hanya dengan melompat. 


Which frog do you want to be?


Paling tidak aku akan melompat, bukannya terlena berendam di dalam panci.

Yang Mungkin Kurindukan

Ibu.
Bapak.
Adek.
Sahabat.
Perpust kota.
Angkot biru.
Alun-alun kota.
Dinginnya.
Kamarku.
Rak buku (yang masih cukup baru).
Buku-bukuku.
Pohon mangga depan rumah.
Duduk di depan kompi selama berjam-jam.
Mbolang.
Air terjun.
(masih) ingin ke pantai.
Kota ini...


Rabu, Agustus 24, 2011

(si)apa yang ada di hatimu?

Kamis. Jumat. Sabtu. Minggu. Senin-Malam Takbir. Tinggal sebentar lagi, tinggal sedikit. Apakah bulan ini berlalu dengan cepat? Akan kah bulan ini akan kembali dirindukan?

Sebelumnya siapa yang menghuni hati? Lalu, sekarang?
Benar kah hanya Dia yang ada di hati?

(si)apa yang ada di hatimu?
Gambarkan tentang (si)apa yang ada di hatimu.
Apa warnanya. Bentuknya? 




Ya Allah, jika masih ada berhala dalam hatiku, bantu aku menghancurkannya. Jika ada rasa angkuh dan sombong dalam hati ini, bantu aku untuk menundukkannya.
Ya Rabb, jangan biarkan rasa takut dalam  hati ini melebihi rasa takut akan azab-Mu. Jika ada kerinduan, kuharap semuanya bermuara hanya pada-Mu.

(si)apa yang ada di hatimu?
Kuharap, hanya ada satu.
Satu-satunya.
Tak berbanding dan tak bisa dibandingkan.

[Rahim (Sebuah Dongeng Kehidupan)]

Judul: Rahim (Sebuah Dongeng Kehidupan)
Penulis: Fahd Djibran
Penyunting: Nita Taufik
gambar diambil dari sini

“Asal kau tahu, Rahim adalah nama lain dari Raja Semesta.”

Novel ini bercerita tentang seseorang yang menjalani hari-harinya selama sembilan bulan di rahim suci ibunya. Perjalanan dari hari ke hari selama sembilan bulan yang dialami oleh Tuan Bayi Berkepala Botak di rahim ibunya. Bertemu dengan beberapa "makhluk" dan belajar mengenai kehidupan yang akan dijalani saat ia lahir ke dunia (meskipun ia akan lupa segala yang terjadi di dalam rahim, saat ia sudah terlahir ke dunia kelak).

"Pada mulanya segala sesuatu adalah niat. Semacam benih yang tumbuh dari hatimu. Pada saat seseorang berniat melakukan hal yang baik dan berniat menjauhi hal buruk; itu sudah satu kebaikan. Pada saat mereka membiarkan diri mereka menimbang niat itu dengan kebebasan yang mereka miliki--menggunakan akal pikiran mereka, perasaan mereka, dan seterusnya--kemudian tahu dan mengerti bahwa yang baik itu baik dan yang buruk itu buruk; itu dua kebaikan. Dan pada saat mereka melakukannya, mengerjakan hal yang baik dan menolak hal yang buruk; itu kebaikan yang bahkan lebih besar daripada seisi semesta!" (hal. 219)

[Yang Galau, Yang Meracau] Curhat (Tuan) Setan


Judul: Yang Galau, Yang Meracau Curhat (Tuan) Setan
Penulis: Fahd Djibran
Penyunting: Boo & Nita Taufik
gambar diambil dari sini

Setan. Cinta. Tuhan. Ketiganya adalah tiga medan galau sekaligus racau yang ada dalam buku ini. Menuntun kita untuk berbicara pada diri sendiri. Membawa kita masuk ke dalam pikiran kita sendiri; meracau kepada diri sendiri; mengaduk-aduk kegalauan yang berputar-putar dalam kepala; berpusing dengan kata-kata.

Kali ini aku hanya memberikan sedikit racauan pada beberapa cuplikan tulisan yang ada di dalam buku  ini.

"Kesempurnaan adalah ketiadaan sekaligus keberadaan, kebahagiaan sekaligus kesedihan, hitam sekaligus putih... Kesempurnaan adalah konfigurasi apik dari berbagai hal yang berlawanan." (hal. 43)

Selasa, Agustus 23, 2011

Mengingat (secara singkat) Karya Mitch Albom

Awal suka dengan novel karya Mitch Albom, karena waktu itu ada sebuah resensi di koran yang membahas tentang Tuesdays with Morrie. Membaca resensi itu membuatku tertarik untuk bisa membaca novelnya secara langsung. Hup, akhirnya ketemu juga di perpustakaan kota Malang. Sejak saat itu aku jadi cukup mengikuti karya-karyanya, seperti The Five People You Meet in Heaven, For One More Day, dan Have a Little Faith. Apalagi waktu kuliah di mata kuliah Prose juga pernah membahas The Five People You Meet in Heaven sampai mabok. Hehe...

Tema yang diangkat di dalam novel-novelnya juga cukup universal, sehingga bisa diterima dengan baik oleh banyak kalangan. Kehidupan. Kasih sayang. Cinta. Keyakinan. Impian. Masa lalu. Masa depan.

[A Thousand Splendid Suns]

gambar diambil dari sini
Judul: A Thousand Splendid Suns
Penulis: Khaled Hosseini
Penerjemah: Berliani M. Nugrahani
Penyunting: Andhy Romdani
Proofreader: M. Eka Mustamar

Mariam dan Laila ada dua perempuan yang berbeda hingga akhirnya terkait satu sama lain. Mariam adalah seorang anak haram dan ketika ibunya meninggal karena bunuh diri, Mariam akhirnya dinikahkan dengan Rasheed. Rasheed adalah seorang duda berusia 40 tahun. Pada awalnya Rasheed memanjakan Mariam apalagi saat diketahui bahwa Mariam  mulai hamil. Namun, saat Mariam mengalami keguguran, perilaku Rasheed semakin kasar pada Mariam. Kehidupan rumah tangga mereka pun tak berjalan harmonis lagi.

[The Kite Runner]

gambar diambil dari sini
Judul: The Kite Runner
Penulis: Khaled Hosseini
Penerjemah: Berliani M. Nugrahani
Penyunting: Pengestuningsih
Proofreader: Herlina Sitorus

"Kau ingin aku mengejar layang-layang itu untukmu?" Jakunnya naik dan turun saat dia menelan ludah. Angin membelai rambutnya. Kurasa aku melihat anggukannya.
"Untukmu, keseribu kalinya," kudengar aku mengatakannya. (hal. 489)

"Ada jalan untuk menuju kebaikan." (hal. 14)

Amir dan Hassan menghabiskan masa kanak-kanaknya bersama. Amir tinggal bersama Babanya sementara Hassan tinggal bersama Ali (pembantu keluarga Amir). Persahabatan antara keduanya terjalin erat. Amir, seorang bocah Pashtun yang kaya sedangkan Hassan adalah seorang bocah Hazara yang sering dilecehkan oleh teman-temannya.

Senin, Agustus 22, 2011

Sudah Lebih Baik kah?

Insyaallah minggu depan sudah tanggal 1 Syawal. Bulan Ramadhan kali pun akan segera berakhir.
Sebaik apa aku di bulan ini?
Seberhasil apa aku berpuasa sebulan ini?
Hati. Bagaimana kabarmu?
Jiwa. Sudah lebih tenang kah dirimu?
Mata.Telinga. Bisa kah melihat dan mendengar dengan lebih seksama?
Rasa.

Bersyukur, sudah kah?
Berterima, mampu kah?

Memaafkan, berhasil kah?

Diri ini, sudah lebih baik kah?

[To Kill a Mockingbird]

Judul: To Kill a Mockingbird
Pengarang: Harper Lee
Penerjemah: Femmy Syahrani
Penyunting: Berliani Mantili Nugrahani

 

Atticus Finch adalah seorang pengacara sekaligus ayah dari seorang gadis berusia delapan tahun, Scout. Scout memiliki seorang kakak yang  berusia empat tahun lebih tua darinya, Jem. Kehidupan Scout dan Jem berubah saat ayah mereka membela seorang kulit  hitam. Beragam kecaman datang dari penjuru kota karena Atticus membela seseorang yang dianggap sebagai sampah masyarakat. Scout sudah mulai banyak belajar mengenai kehidupan sejak kanak-kanak.

"...kau tak akan pernah mengenal seseorang sampai kau berada dalam posisinya dan mencoba menjalani hidupnya." (529-530)

Minggu, Agustus 21, 2011

Leaving or Not

She was standing in the middle of nowhere. Her mind was full of many puzzling things. Leave or stay. Move or stay still. Her pray already became true. She was blessed then. However, there is still one thing disturbing her mind recently.

Leaving or not...

Sabtu, Agustus 20, 2011

Quote to Shout #1

"Confidence comes not from always being right but from not fearing to be wrong." 
- Peter T. Mcintyre

Keep My Own Promise

Actually, I'm too afraid to make a new promise again
I'm afraid I cannot keep it or make it.
I was told once that something bad may happen if I just leave the promise without any considerations.

Promise. Lie.
There was a time when I regretted making promise which in the end I could not keep it rightfully.
It seems I just lied to everyone, to myself, and to God.

I was full of regrets.
Now, I'm still afraid making a promise.
I'm afraid I will only cause troubles on it.

4 Jenis Kereta dalam 3 Hari 2 Malam

Hari Selasa dapat telepon. Panggilan tes untuk editor buku fiksi. Kapan? Tanggal 18, hari Kamis. Haissh...langsung bingung karena cukup mendadak. Malang-Bandung juga nggak dekat (kecuali kalau mau langsung terbang naik pesawat). Hari Rabu pagi-pagi langsung pergi ke stasiun Kota Baru Malang, beli tiket Malabar bisnis untuk keberangkatan sore itu juga.

Setahun yang lalu juga pas di bulan puasa, pertama kalinya aku pergi ke Bandung. Pertama kali naik Malabar. Sendirian. Kali ini, hal itu kembali terulang. Yang berbeda hanya tujuan dan maksud kedatangan, hoho. Serta, kali ini bukan pertama kalinya lagi naik kereta sendirian.

Sebelum berangkat, berniat buat tidur lebih banyak di rumah karena kalau udah di dalem kereta bakal susah tidur. Sayangnya, aku malah nggak bisa tidur. Baiklah...

Malabar Menuju Bandung (untuk yang ketiga kalinya)
Jam 3 sore udah sampai di Stasiun Kota Baru Malang. Nunggu sebentar dan datanglah kereta Malabar. Langsung nyari tempat duduk sesuai dengan yang ada di tiket. Hup!
Ada seorang ibu yang sedang menangis. Rupanya entah-saudaranya-atau-siapa akan pergi ke Bandung. Ada lagi seorang anak perempuan dan ibunya yang sedang berdadah-dadah dengan sang ayah. Dan, ada sekumpulan bule (sepertinya dari Jerman) yang ribut bukan main, "Ya ampun Mas, itu lagi pada ngobrol apa teriak-teriak sih, kenceng bener suaranya." Pada akhirnya aku tahu sekumpulan bule itu turun di Stasiun Tugu Yogya dan tampak terburu-buru karena sepertinya mereka baru sadar kalau sudah sampai di Stasiun Tugu sesaat sebelum kereta kembali berjalan.
Tadinya ada seseorang yang duduk di sebelahku, tapi dia akhirnya pindah ke tempat duduk belakang. Hehe, kali ini aku memang ingin duduk sendiri saja.

Senin, Agustus 15, 2011

Kalap Lagi

Mulai bosen. Mulai jenuh. Jadi, pergi ke toko buku.
Niatnya cuma mau beli Madre sama Ayah (bukan) Pembohong, tapi jadinya malah...


...beli Nasional.is.me, Psikologi Beragama, Berdamai dengan Kematian, dan 29 1/2 hari juga. Bagus!
Ibu, maaf...uang yang ibu berikan aku boroskan untuk buku-buku ini.
"Mereka" pun kini jadi penghuni baru di rak buku ini.


Enjoy reading (after watching Korea drama first, haish!) XD

Minggu, Agustus 14, 2011

Kembali Ke Kelas

Jika saja aku masih berstatus sebagai mahasiswa, hari ini adalah hari pertama aku masuk kuliah. Tapi, ya karena sudah akan wisuda jadinya hari ini aku masih berleha-leha di rumah saja. Semalam, aku malah bermimpi.
Kembali ke kelas.
Kembali sekolah.
Kembali bercanda bersama teman-teman sekelas.
Dan, aku melihat ada setumpuk LKS.
Wah, ada apa ini sebenarnya.
Apa aku ingin kembali sekolah?

Aku tidak ingin berhenti belajar. Tapi, kadang aku juga malas jika harus berhadapan dengan ruang kelas, terlebih jika aku berada di dalam ruang kelas itu. Iya, belajar tidaklah harus di dalam kotak-kotak kelas. Hmm...meski kadang suasana belajar di dalam kelas itu cukup membuat rindu.

Seperti Awan Putih

Seperti awan putih.
Berubah-ubah.
Tak berpendirian kah?
Seperti diriku...
Belum tahu apa 'bentukku'
Belum tahu sebenarnya di mana 'keberadaanku'
Masih mencari...
Berusaha 'menjadi'

Dunia ini luas. Rasanya ingin pergi ke semua tempat. Setiap kali aku merasa sesak, melihat ke atas--menyaksikan bagaimana awan bisa berubah-ubah, rasanya...melegakan. Ternyata dunia masih luas. Ternyata langit masih terhampar di atas sana. Ternyata banyak nikmat yang masih terlupakan untuk disyukuri.

Seperti awan putih...
Aku mungkin masih akan berubah-ubah 'bentuk'...mencari atau jika perlu...berlari. Tentang arti. Dan, juga jawaban. Atau malah mungkin pertanyaan-pertanyaan baru...


Being a Waterfall Addict

Beberapa bulan terakhir, suka 'blusukan' ke air terjun. Hmmm...
[karena tulisan tentang pengalaman mengunjungi Coban (air terjun) ini sudah pernah aku tulis di blogku yang satunya, jadi sekarang cuma aku link aja di sini].

Masih ingin mengunjungi lebih banyak air terjun lagi :)

                                                                                 Ke Coban Pelangi



















Ke Coban Talun



















Ke Coban Rais


















Ke Coban Jahe


















Ke Coban Dlundung







                                                                                Ke Coban Puthuk Truno