Jumat, Maret 30, 2012

When I Write

Sudah hampir setengah bulan ini kujalani profesi baru, sebagai content writer.
Kedengarannya keren (hehe, betul tak?), tetapi ya si suka dan si duka selalu berteman bersama.

Meskipun mungkin tak ada rencana untuk menjadikan profesi ini sebagai tumpuan utama hidup (eh?), aku kembali belajar untuk menulis. Salah satu kelemahanku dalam menulis adalah tidak menyelesaikan tulisanku sampai tamat. Kalau sudah begitu, ya sudah selesai tanpa harus mencapai akhir. Menjadi penulis konten mau tidak mau memaksaku untuk menyelesaikan tulisan yang aku buat. Selain karena memang dikejar deadline juga untuk melatih seberapa besar nyaliku bisa  menyelesaikan sebuah tulisan.

gambar dari sini
 Beberapa hari terakhir rasanya sudah tak ada ruh untuk menulis (ditambah lagi dengan topik-topik "horor" yang harus kuselesaikan), jadinya untuk menghasilkan sebuah kata pun rasanya susah minta ampun. Hari ini syukurlah topik yang diberikan lebih "segar" tentang tempat-tempat wisata di Lombok (an island that I desire to visit most), jadinya lumayan cepat bisa kuselesaikan, 5 jam lebih cepat dari deadline yang diberikan. Rupanya memang benar kalau menulis sesuatu yang kita sukai itu bisa membuat kita betah menulis maraton sekalipun hehe.

Kalau dulu kerja di kantor, aku bakal keliatan "autis" tiap kali sudah berhadapan dengan komputer. Seolah dunia yang ada hanya ada diantara aku dan layar komputer. Jadi, maaf teman-teman di kantor (dulu) yang sering tak kuhiraukan saat aku sudah "khusyuk" dengan layar komputer. Bukan maksud sok serius tetapi memang sedang fokus, hehe. Satu lagi keadaan yang membuatku tampak "autis" adalah saat sudah membaca buku, hoho...dunia pun hanya akan menjadi milik 'kami' berdua.

Keinginan untuk menulis sebuah novel itu masih ada. Hmm, kalau menulis 3000 kata/hari saja (dalam bahasa Inggris) bisa--meskipun masih acak-acakan,heu...  seharusnya dalam waktu sebulan juga aku sudah bisa menghasilkan sebuah novel. Iya, seharusnya memang begitu. Kenyataannya?

gambar dari sini

[gaji (sebagai penulis konten) rupanya diberikan sebulan sekali per tanggal pertama kali kerja, jadi... gajiku masih akan dibayarkan setengah bulan lagi, sabar...sabar...]

Rabu, Maret 28, 2012

I Won't Give Up

'Cause even the stars they burn
Some even fall to the earth
We've got a lot to learn
God knows we're worth it
No, I won't give up [Jason Mraz-I Won't Give Up]

It is easy to say it loud. Yet, it needs a lof of effort to make it.
However, I won't give up. I fall once, I'll stand up a thousand times.

Selasa, Maret 27, 2012

Usung-usung

Tulisan ini repost dari tulisanku di blogku yang satunya.

Hehe, bener nggak ya tulisannya :D
usung-usung (angkat barang buat pindahan).

Sempet kepikiran buat ngepaketin sebagian barang ke rumah. Tapi, mikir lagi.
Berat juga di ongkos.

Mau dititipin sementara ke temen kost, tapi ntar jadi ribet juga.

Ya wes lah, selama masih bisa dibungkus, dibawa pulang semuanya saja.
Alhasil,
1 tas ransel
1 tas gunung
2 kresek gede
1 tas kain kecil
1 tas cangklong buat netbook
...akeh :'(

Setelah perpisahan di kantor, keesokan harinya langsung balik pulang. Tiket udah dibeli dua hari sebelumnya. Kost-an juga udah jatuh tempo (hehe, kabur dulu sebelum diusir).

Masalah lagi: gimana ngebawanya.
Jam 11 siang, Heny sama Dewi (temen kantor) dateng ke kost. Huwaa, senengnya ada yang ngebantuin.
Naik taksi sampe stasiun bareng sama Heny. Suasana emang jadi rame kalau ada Heny. Dewi nututi pakai sepeda motor dari belakang. Nyampe stasiun, langsung dibantuin buat ngebawa barang-barang. Duduk dulu beberapa menit. Ah, mereka emang temen-temen kantor yang baik, rela bolos sejenak dari kantor demi membantuku usung-usung. Nemenin aku selama beberapa menit. Terima kasih ya Allah membuatku bisa mengenal mereka...

Kapan-kapan maen ke Malang ya :)

Tak lama kemudian datanglah Suci dengan membawa dua tas pakaian lumayan gede dan satu tas ransel isi laptop. Wew!
Kali ini aku pulang bareng Suci (dulu temen seSMP-SMA). Dia kuliah di Bandung dan baru saja yudisium. Alhamdulillah pas banget, jadi bisa pulang bareng sama dia. Tapi, dua orang...ngebawa banyak tas...huft! (foto di bawah ini hanya menampakkan sebagian saja, hehe)

 
Nunggu kereta Malabar yang akan berangkat jam setengah 4 sore.

Aku harus tiga kali naik kereta buat ngemasukin barang-barang. Capek? Jangan tanya. Bahu dan lengan rasanya mau copot. Mau pakai jasa porter, hmm...udah telanjur dibawa sendiri ini. Pas udah bisa duduk dengan dipenuhi banyak tas, rasanya lumayan lega. 


Hiks, sedih juga sepatuku jadi "pergi untuk selamanya". Aku sudah tahu kalau sepatu yang kupakai saat itu memang rusak. Namun, tetap saja kupakai. Hingga akhirnya sepatu itu benar-benar rusak dan tak bisa terpakai lagi setelah kupakai berlari-lari dan naik turun kereta tiga kali. Dengan berat hati kutinggalkan ia di bawah kursi. Tak bernyawa *zziiing...*
Aku pun pulang dengan bersandal jepit.

Malemnya sempet nonton film di laptop sama Suci, hehe...capek juga bengong terus. Keesokan paginya sampai di Stasiun Kota Baru Malang, semua barang kembali kubawa. Alhamdulillah, Suci dijemput pakai mobil jadi bisa sekalian nebeng dan dianter pas depan rumah, hoho. That's what friends are for... Di sepanjang perjalanan, sempat merhatiin jalan. Wah, pasar Dinoyo udah ilang dan akan dibangun mall. Beberapa gedung baru tampak sudah berdiri. Pastinya...aku kembali melihat kendaraan ber-plat N di mana-mana.


Begini rasanya pulang...

Minggu, Maret 25, 2012

The New Rhytm

Sehari setelah pulang ke rumah, ada sebuah panggilan telepon.
Alhamdulillah, ternyata diberi kesempatan untuk menjadi content writer.
Bisa dikerjakan di rumah asal ada koneksi internet.
Deal!
Sekarang masih saja berusaha untuk menemukan ritme bekerja di rumah.
For a temporary time while doing other things.

Testimoni

Hanya berbagi sepotong kenangan.

Baru tahu seperti ini rasanya perpisahan (meski sudah dua minggu berlalu).
Hari terakhir kerja di kantor, lewat jam 5.
Semua berkumpul di meja segi empat. Rupanya memang benar seperti yang aku duga, perpisahan.
Beragam cemilan dikeluarkan. Hiburan permainan sulap dari dua rekan kerja. Tertawa. Menertawakan triknya yang tampaknya sudah bisa ditebak. Menertawakan sulap yang ternyata hanya sulap-sulapan. Bermain gitar. Bernyanyi bersama.
Break untuk shalat.
Dan, saling menyampaikan pesan dan kesan. Diakhiri dengan pemberian sebuah buku yang juga berisi beberapa testimoni. Tak lupa makan kwetiaw bersama.

Pertemuan kita memang singkat, tapi semoga persahabatan kita enggak. Pokoknya bersahabat sampe tuaaa!
Iya, selamanya akan menjadi sahabat. Terima kasih juga sudah menjadi salah satu sahabat (duduk bersebelahan) dan saling berbagi makanan selama di kantor, hehe.


Kemesraan ini...mengapa cepat berlalu? ^_^ Meskipun jarak kita jauh, semoga komunikasi tetep lancar ya...biar selalu deket. Moga sukses, ya.
Meski jarak memisahkan, Facebook akan tetap menyatukan hati kita, hoho. Sampaikan pada temanmu yang itu, beneran deh nggak nyangka ternyata ada artis yang mirip sama aku, wkwkwk.


Huhuhu, bakal sepi ni ga ada mba endah di sblh chey. mba endah, perpisahan bukan berarti putus silaturahmi yaa. walopun jarak memisahkan kita, tapi bukan berarti hilang komunikasi, semoga mba endah bisa tmbh sukses, moga dapat beasiswanya. semangat!
Huhuhu, ikutan sedih. Nggak bisa lagi ngerasain keceriaanmu di kantor. Terima kasih sudah menjadi teman yang bisa saling berbagi cerita hingga saat ini.

Ndah, kembalilah...dst
^_^


Semoga menjadi wordsmith yang dan dapet beasiswa.
Aamiin...aamiin...aamiin...!

Endah "the silent killer", hehehe. Kejar terus impianmu dengan bakatmu itu.
Eh, saya pembunuh?


Hola ndah. Ingat obral obrol ba'da zuhur. ingat berbagi keceriaan dengan snack keripik pedas. sosok dan segala tentang kita akan selalu diingat. semoga sukses. jangan lupa buat pulang lagi ke sini.
Kutemukan keluarga baru di sana. Selamanya nggak akan aku lupa. Terima kasih sudah menjadi bagian dari keluarga baruku :)


Semangat!!! Hallo Endah, pertama ketemu perkenalan kita bukan diawali dengan perjumpaan, teapi teh vi malah nelpon dan sms2in endah. semoga sukses ya ndah, get scholarship. jangan lupa ya. sukses. sukses. sukses.
Terima kasih sudah mendengarkan semua curhatanku, semuanya. Bener-bener kerasa banget punya seorang kakak baru.

Ya'opo kabare ndah? Oalah tibakno tiyang jawi oge (lho?). Hehe aku jek kudu sinau sing akeh karo kowe. Prosoku iki kecepeten. Wis...pokoke semoga tercapain cita dan harapannya.
Nggih sami-sami. Matur nuwun sanget.


Saat itu aku sudah ingin menangis. Tapi, kutahan. Bener-bener kutahan. Kalau aku nangis, aku jadi bisa nggak ngomong apa-apa. Ujung-ujungnya, aku akan malu, hehe. Jadi, ditahan saja. Testimoni di atas adalah yang ditulis di kado buku yang diberikan padaku. Selain itu juga ada pesan dan kesan yang disampaikan kepadaku.

Secara umum, semuanya merasa aku ini tipe orang yang nggak banyak omong, tapi dari sebuah senyuman bisa punya banyak arti (tsah!). Ada juga yang merasa saat pertama kali kenal, rasanya sudah kenal lama. Ada juga yang bilang meskipun aku sedang diam, dia merasakan kalau aku ini ada. Sepertinya ada juga yang mencari-cari seperti apa aku ini sebenarnya, dan baru ketahuan pas udah ada di akhir. I am a simple person but not 'that' simple one. Hohoho...


Hari terakhir saat itu kuhabiskan sampai semua lampu di ruangan dimatikan. Karena seorang sahabat (yang juga teman se-kost) belum pulang, aku menghampirinya untuk mengajaknya pulang bersama. Sebelum pulang, kusempatkan lagi untuk kembali ke kubikelku (saat sudah tak ada orang lagi). Saat itu semua lampu sudah dimatikan. Aku masuk sejenak. "Sampai jumpa lagi." Aku keluar. Kututup pintu ruangan. Berjalan keluar ruangan.

Eh, dikunci? Akhirnya temanku teriak-teriak ke satpam. Syukurlah, masih dibukain. Hehe...
Malam itu berjalan pulang ke kost. Berbagi cerita.
give ur smile :)

ceritanya lagi pura-pura rapat, hehe.
makan bareng di Pizza Hut habis kondangan, hoho
Alhamdulillah, terima kasih untuk semuanya.

Tiga hari sebelumnya sempat diminta untuk membuat tulisan. Dan dibuatlah tulisan ini. Sudah lama nggak nulis yang ditentukan temanya. Dikasihlah tema tentang pengalaman selama di Bandung. Bikin esai minimal 2 halaman tentang itu. Sempat bingung, mau nulis apa? Akhirnya dengan buru-buru akhirnya jadi juga tulisannya.
Waktu perpisahan sempat ada segmen tentang "pembacaan cerita". Langsung curiga. Jangan-jangan... Dua lembar kertas dikeluarkan. Tuh, kan. Tulisan itu dibaca, diperdengarkan ke semuanya. Heu... Semoga itu bukan catatan terakhirku, tapi sebagai catatan awal untuk mulai mengejar impian yang lain.

Kamis, Maret 22, 2012

Keep the Memories

Bagaimana pun juga ada keluarga baru yang kutemukan di sana :)
Tidak ada rasa penyesalan yang tertinggal. Hanya rasa syukur karena sudah diberi kesempatan untuk bisa bersama mereka.
Juga,
beberapa potong kenangan yang tidak akan pernah terlupakan.

Ngemil stroberi di suatu sore.



"Kalap" di bukfer dan menjadi beban terberat saat balik ke rumah, heu...



Senja di Jakarta (macet habis dari Indonesia Book Fair 2011)


Hiking Dago Pakar-Air Terjun Maribaya, Tangkuban Perahu bareng temen kantor.

 



Liburan akhir tahun dari kantor ke Pangandaran.




Jalan yang kulalui dari kost ke kantor. 


Meja kerja & ruang kerja :) Sesekali sarapan bubur kacang...
 



 


Wisata buku... Ditambah iklan nyanyian anak-anak TK (kadang jadi hiburan di kantor, kadang emang rada ngeganggu juga, hoho)




Kalau iseng suka bikin origami bangau :D


Pagi di Pantai Pangandaran...


Kenang-kenangan buku dengan beberapa testimoni :))


Tidak akan pernah ada yang akan dilupakan.
Semua masih akan sama :)

Senin, Maret 19, 2012

Segelas Teh Tawar

foto diambil dari sini

Segelas teh hangat disajikan. Disesap sedikit, ah, tawar. Setelah sekian lama terbiasa minum teh manis, teh tawar ini rasanya tidak begitu bersahabat di lidah. Meskipun begitu ia tetap berusaha untuk menyesapnya sedikit demi sedikit. Agar si pembuat teh tidak tersinggung. Agar tidak ada minuman yang mubadzir. Juga, agar ia bisa memulai untuk beradaptasi hidup di kota ini.
Ia menamainya kota B. Salah satu ibu kota provinsi di Pulau Jawa yang, menurut salah seorang kawannya, paling nyaman untuk ditinggali. Udaranya sejuk, makanannya enak, tempat belanjanya meriah, tempat wisatanya beragam, dan menjadi salah satu kota incaran untuk menuntut ilmu. Ada juga yang menjulukinya Parijs van Java. Namun, ia lebih suka menjulukinya dengan kota B. Semoga tidak ada yang protes dengan caranya menyebut atau menjuluki sesuatu.
Setelah menempuh perjalanan selama 18 jam dengan kereta api ditambah dua kali naik angkot, ia kembali menyesap teh tawar yang dihidangkan di warung itu sembari menunggu makanan pesanannya datang. Sempat ada setitik keraguan dari keputusannya untuk tinggal di kota B—meski hanya untuk beberapa bulan saja. Akan tetapi, rasa penasaran yang dimilikinya lebih membunuh daripada keraguan yang ada di benaknya. Hingga tak ada pilihan lagi selain membuatnya benar-benar berangkat dan belajar hidup di kota B. Meninggalkan zona nyaman dan bertualang menemukan pengalaman-pengalaman baru dirasakannya cukup menantang.
Makanan yang dipesannya belum juga datang. Ia mendengar orang-orang di sekitarnya berbicara dengan menggunakan bahasa yang tidak ia pahami. Anehnya, ia mengerti apa yang sedang dibicarakan. Tidak paham dengan bahasa yang digunakan tetapi sangat mengerti maksud pembicaraan. “Hatur nuhun” yang didengarnya memiliki makna yang sama dengan “matur nuwun” yang sering diucapkannya, setidaknya itu pelajaran pertama yang ia dapat. Ingin bisa ikut berbincang, tetapi lidahnya kelu. Akhirnya, ia lebih memilih diam dengan tetap sabar menunggu makanan yang dipesannya datang.
 Ada keramaian di depannya. Rupanya seorang pedagang yang baru saja menggelar dagangannya telah menarik perhatian banyak orang. Ia beranjak dan ikut melongok. Sang pedagang menawarkan barang dagangannya dengan sangat atraktif. Di tempat tinggalnya, orang-orang kota B dikenal sebagai pedagang-pedagang yang handal. Sepertinya memang tak sepenuhnya salah, dia melihat langsung betapa perdagangan sangat ramai di kota B. Ada kesan dinamis yang dirasakannya. Ia berkeliling sebentar. Beragam barang tampak diperjualbelikan. Setiap pedagang melakukan beragam cara menarik untuk mengundang pembeli. Riuh bersahutan. Tak ada yang diam.
Beberapa tahun sebelumnya ia sangat penasaran dengan kota B. Sebagian orang bilang bahwa kota B sangat mirip dengan kota kelahirannya. Diperhatikannya lagi beberapa kemiripan antara kota B dengan kota kelahirannya: kota yang dipenuhi angkot; makanan yang lezat dengan banyak pilihan; dan tempat yang seru untuk menghabiskan akhir pekan. Mungkin ada dua perbedaan yang terasa. Lalu lintas kota B lebih padat dibandingkan kota kelahirannya dan tidak ada moda transportasi bus Damri di kota asalnya. Oh, satu lagi. Di kota B tidak dijumpai deretan toko buah yang dipenuhi gundukan buah apel seperti yang sering ditemuinya di kota kelahirannya.
Setelah berjalan beberapa saat, ia kembali lagi ke warung yang tadi ditinggalkannya. Kembali duduk di tempatnya tadi menyesap teh tawar. Rasanya masih tawar dan sudah dingin. Makanan pesanannya belum juga diantar. Ia menunggu lagi.
Segelas teh hangat kembali diberikan. Rupanya makanan yang dipesannya butuh waktu memasak yang lebih lama dari biasanya. Disesapnya lagi teh tawar hangat itu. Berbeda. Kali ini lidahnya sudah mulai terbiasa dengan rasa teh yang tawar itu. Mungkin kota B masih akan terasa asing baginya, tetapi ia percaya bahwa semua pengalaman yang akan didapatkannya di kota ini akan memperkaya hidupnya.
Dihabiskannya teh tawar yang tersisa di gelasnya dalam sekali teguk. “Boleh minta satu gelas lagi?” pintanya.