Selasa, Agustus 23, 2011

Mengingat (secara singkat) Karya Mitch Albom

Awal suka dengan novel karya Mitch Albom, karena waktu itu ada sebuah resensi di koran yang membahas tentang Tuesdays with Morrie. Membaca resensi itu membuatku tertarik untuk bisa membaca novelnya secara langsung. Hup, akhirnya ketemu juga di perpustakaan kota Malang. Sejak saat itu aku jadi cukup mengikuti karya-karyanya, seperti The Five People You Meet in Heaven, For One More Day, dan Have a Little Faith. Apalagi waktu kuliah di mata kuliah Prose juga pernah membahas The Five People You Meet in Heaven sampai mabok. Hehe...

Tema yang diangkat di dalam novel-novelnya juga cukup universal, sehingga bisa diterima dengan baik oleh banyak kalangan. Kehidupan. Kasih sayang. Cinta. Keyakinan. Impian. Masa lalu. Masa depan.

Berikut beberapa quotes yang aku ambil dari sini.

"Each affects the other, and the other affects the next, and the world is full of stories, but the stories are all one."
— Mitch Albom (The Five People You Meet in Heaven)
"All endings are also beginnings. We just don't know it at the time."
— Mitch Albom (The Five People You Meet in Heaven)
"Sometimes when you sacrifice something precious, you're not really losing it. You're just passing it on to someone else."
— Mitch Albom (The Five People You Meet in Heaven)
"When someone is in your heart, they're never truly gone. They can come back to you, even at unlikely times."
— Mitch Albom (For One More Day)
"Life is a series of pulls back and forth. You want to do one thing, but you are bound to do somehing else. Something hurts you, yet you know it shouldn't. You take certain things for granted, even when you know you should never take anything for granted."
— Mitch Albom (Tuesdays with Morrie: An Old Man, a Young Man, and Life's Greatest Lesson)
"Holding anger is a poison...It eats you from inside...We think that by hating someone we hurt them...But hatred is a curved blade...and the harm we do to others...we also do to ourselves."
— Mitch Albom (The Five People You Meet in Heaven)
"This is the greatest gift God can give you: to understand what happened in your life. To have it explained. It is the peace you have been searching for."
— Mitch Albom (The Five People You Meet in Heaven)
"You have peace," the old woman said, "when you make it with yourself."
— Mitch Albom (The Five People You Meet in Heaven)
"There is no such thing as 'too late' in life."
— Mitch Albom 

"Tuesdays with Morrie" menceritakan tentang seorang profesor bernama Morrie Schwartz yang menderita penyakit ALS dan berjuang keras untuk melawannya. Novel ini diangkat dari  kisah nyata Mitch sendiri. Saat sang profesor dihadapkan langsung pada kematian  yang akan datang tak lama lagi, Mitch rutin  mengunjungi setiap hari Selasa untuk kembali 'kuliah'. Morrie dan Mitch akan banyak mengobrolkan banyak hal. Menyelami makna kehidupan baik yang sudah berlalu, sedang berjalan atau yang akan datang.

"The Five People You Meet in Heaven" menceritakan tentang Eddie yang meninggal dan bertemu dengan lima orang saat ia sudah sampai di surga. Eddie berjumpa dengan lima orang yang tidak pernah ia sadari pernah sangat berkaitan dan bersinggungan langsung saat ia masih hidup di dunia. Dia bertemu dengan Joseph Corvelzchik (seorang pemuda yang dulu bekerja di Ruby Pier dan meninggal 'akibat' Eddie); The Captain (kaptennya saat bersama-sama perang saat PD 2); Ruby (istri dari pemilik Ruby Pier, tempat ayah Eddie bekerja); Marguerite (istri Eddie); dan Tala (seorang gadis yang dulu tak sempat ia selamatkan saat perang). Saat ia berada di surga itu ia mulai memahami bahwa tak  kejadian yang kebetulan di dunia ini, semuanya saling terkait satu sama lain.

"For One More Day" membahas tentang hubungan ibu dan anak. Charles "Chick" Benetto merasa hidupnya sudah sangat berantakan dan ia memutuskan untuk bunuh diri. Saat ia sudah "berniat" untuk bunuh diri, dia mengalami kecelakaan mobil dan membuatnya koma. Saat koma itulah, ia merasa ibunya masih hidup. Selama seharian penuh ia kembali hidup bersama ibunya. Saat itulah ia mencoba untuk kembali merangkai hidupnya untuk bisa jauh lebih baik lagi.

"Have a Little Faith" membahas tentang keyakinan yang dimiliki tiap manusia. Mitch membahas tentang arti kepercayaan dan keyakinan terhadap Tuhan. Meskipun ada beragama agama/keyakinan yang ada di dunia ini, kebaikan dan kedamaian adalah dua hal yang tak akan mungkin ditolak oleh agama mana pun.  
Ada sebuah cuplikan percakapan yang cukup membuatku merenung.

 “I had a doctor once who was an atheist. Did I ever tell you about him?”
 No.
 “This doctor, he liked to jab me and my beliefs. He used to schedule my appointments deliberately on Saturdays, so I would have to call the receptionist and explain why, because of my religion, that wouldn’t work.”
 Nice guy, I said.
 “Anyhow, one day, I read in the paper that his brother had died. So I made a condolence call.”

After the way he treated you?
 “In this job,” the Reb said, “you don’t retaliate.”
 I laughed.
 “So I go to his house, and he sees me. I can tell he is upset. I tell him I am sorry for his loss. And he
says, with an angry face, ‘I envy you.’
 “‘Why do you envy me?’ I said.
 “‘Because when you lose someone you love, you can curse God. You can yell. You can blame him. You can demand to know why. But I don’t believe in God. I’m adoctor! And I couldn’t help my brother!’
 “He was near tears. ‘Who do I blame?’ he kept asking me. ‘There is no God. I can only blame myself.’”
 The Reb’s face tightened, as if in pain.
 “That,” he said, softly, “is a terrible self-indictment.”
 Worse than an unanswered prayer?
 “Oh yes. It is far more comforting to think God listened and said no, than to think that nobody’s out there.” 



Mungkin itulah salah satu enaknya percaya dengan keberadaan Tuhan. Saat kita merasa tidak bisa melakukan apa-apa (seperti dokter yang tak bisa menyelamatkan nyawa adiknya sendiri), setidaknya kita bisa "marah" pada Tuhan dan mungkin "menyalahkannya". Namun, jika tak percaya dengan-Nya, kita hanya bisa menyalahkan diri sendiri dan sepertinya itu jauh lebih menyakitkan.


Sedikit mengingat novel-novel karya Mitch Albom yang sudah kubaca ini setidaknya bisa menyegarkan kembali pikiranku. Memetik pelajaran yang ada di dalam rangkaian kata-kata agar bisa lebih banyak menghargai kehidupan. Menyeimbangkan kehidupan dan berusaha untuk lebih bijak lagi.
 



2 komentar:

  1. itu buku impor ya? jadi inget wildest dream-nya jennifer blake yang belum tamat dibaca. :o
    aku boleh ikut ng-quote quote2nya yaah

    BalasHapus
  2. udah diterjemahin ke bahasa indonesia (diterbitin GPU) :) silahkan mengquote quote yg saya quote itu...hehe.

    BalasHapus