Minggu, April 01, 2012

Satu Kata

Satu kata bisa membangkitkan amarah seseorang. Itulah yang aku alami (setidaknya mendengar dan melihat langsung) saat naik angkot hari Sabtu lalu. Syukurlah pekerjaan udah bisa langsung beres, jadi habis shalat Zuhur bisa langsung berangkat ke Gramedia.

Saat itu aku naik angkot GL. Di dalamnya ada beberapa penumpang, diantaranya ada seorang ibu dan dua anak kembarnya. Angkot berjalan cukup lambat dan sempat berhenti mendadak, hingga mengakibatkan beberapa kendaraan yang ada di belakangnya terpaksa ikut berhenti. Saat itu ada seorang mahasiswi memakai jas almamater yang naik sepeda motor dengan seorang temannya. Dia langsung menyalip angkot dan meneriakkan satu kata ke sopir itu, "G*bl*k!" Whuzz...mahasiswi itu langsung tancap gas. Seketika itu juga sang sopir langsung ngamuk.

Sang sopir pun langsung tancap gas dan ngebut. Awalnya aku tidak tahu kenapa si sopir ini langsung ngebut. Sempet ngerasa serem juga. Dan, ow-ow...ternyata
sang sopir ngejar mahasiswi yang tadi. Pas udah keliatan, langsung dipepet dan dicaci maki, "Heh! Watch your f*c***g mouth! Sh*t! (hehe, bahasa aslinya sih dalam bahasa Jawa kasar). Mahasiswi tadi cuek dan tetap melajukan motornya.

Sempat ada macet, dan terlihat ada dua mahasiswi lagi (memakai jas almamater yang sama dengan mahasiswi yang membuat sang sopir marah). Sang sopir masih kesal dan meluapkannya lagi ke dua mahasiswi itu, "Heh, tell your friend to watch her mouth!" dia teriak dengan kesalnya, kasihan juga tuh mereka. Gara-gara sama-sama pakai jas almamater yang sama, eh kena getahnya juga.

Si ibu yang jadi penumpang di dalam sempat berkomentar juga, "Perempuan berjilbab kok ngomongnya kayak gitu," rupanya si ibu ini tidak suka juga dengan sikap si mahasiswi tadi yang memancing amarah sang sopir.
"Ya kalau emang  betul sih, ya nggak apa-apa," sahut sang suami yang rupanya lebih memihak kepada mahasiswi tadi yang kesal dengan angkot yang diberhentikan secara tiba-tiba.

Angkot yang kunaiki masih melaju, kali ini lebih tenang. Dan...wew! Mahasiswi yang memancing amarah sang sopir dan beberapa temannya berhenti di pinggir jalan. Tampaknya mereka sedang berkumpul dan bertemu temannya yang lain. Angkot pun berhenti. Si sopir masih belum bisa meredakan amarahnya.
"D*mn! Sh*t!!! Watch your mouth!" Sang sopir meneriakinya. Beberapa teman mahasiswi itu langsung melipir, minggir.
"Jangan berhenti sembarangan," sahut sang mahasiswi ketus.
"D*mn, nggak ngerti a iki mikrolet," sang sopir nggak mau kalah.
Angkot pun kembali berjalan. Aku melihat sang mahasiswi tampak kesal. Raut mukanya tampak kusut dan menyimpan sejuta rasa sebal. Heu...

Salah siapa?
Bertahun-tahun naik angkutan umum, aku tahu setiap pengendara menyimpan rasa kesal. Sopir angkot sebal dengan para pengendara sepeda motor yang hobi nyalip nggak tahu aturan. Pengendara sepeda motor pun sebal dengan sopir angkot yang suka berhenti mendadak dan sembarangan. Jadi?

Satu kata memang bisa menghancurkan emosi seseorang. Jadi, hati-hati juga untuk meluapkan amarah. Berawal dari satu kata jadi diuber-uber sopir angkot. Ehm, mungkin kalau mau mengumpat sebaiknya jangan mengenakan jas almamater atau pakaian yang mudah dikenali, karena gampang banget diingetnya di jalan dan bisa langsung dikejar, hoho.

Satu kata juga bisa membuat seseorang memikirkan keseluruhan hidupnya, seperti yang kualami kemarin.

"Hari Minggu  jam 2 siang makan di SS yuk, ditraktir Arya," tulis Fitri di sms yang dikirimkannya kepadaku.
Wah, kalau ditraktir sih siapa yang mau nolak, hoho. Tapi di SS? Sebuah tempat makan yang terkenal dengan varian sambalnya, errr...aku kan nggak terlalu doyan makanan pedes. Sempet mau nolak, tapi nggak enak juga, ditraktir pula, jadi ya sudahlah.

Sekitar jam setengah 3 sore Fitri menjemputku. Kami langsung menuju SS. Sampai di SS masih harus menunggu Arya lagi sekitar jam setengah jam. Waktu SMA dulu sempet punya 'kelompok' belajar, maksudnya punya sekelompok temen yang kalau kelompokan pasti jadi satu kelompok (?) Ada enam orang: aku, Fitri, Arya, Doni, Aulia, dan Dwi. Waktu di kelas XI, kami duduk satu deret, jadi kalau ada tugas kelompok (yang lebih sering mengharuskan ada 6 anggota dalam 1 kelompok), kami langsung mengelompok begitu saja. Suka becanda kalau waktu senggang, dsb. Setelah lulus SMA, semua sudah menjalani kehidupan masing-masing. Sekalinya bisa ketemuan kali ini cuma aku, Fitri, dan Arya. Hmm...kalau gini baru kerasa kalau ternyata sudah lama juga aku meninggalkan bangku SMA itu.

Beberapa saat kemudian Arya datang...bersama pacarnya. Aku agak trauma kalau ketemuan sama temen yang ngebawa pacarnya, hehe. Fitri juga tampak agak sebal juga saat tahu ternyata Arya tidak datang sendiri. Tapi, ya sudahlah sudah telanjur juga. Kami pun langsung memesan makanan dan saling tanya kabar. Agak nggak enak juga karena ada pacarnya, jadi nggak bisa bebas saling mengejek seperti dulu (dulu? kesannya kayak udah lama banget, hehe).

Berubah. Satu kata itu membuatku jadi berpikir banyak hal. Fitri berubah. Arya berubah. Temen-temen yang lain juga berubah. Alhamdulillah perubahan itu menuju ke arah yang lebih baik. Aku? Apakah aku sudah berubah? Atau masih sama saja? Atau malah berubah ke arah yang lebih buruk?

"Udah beres semua ya (kuliahnya)?" tanya Arya.
Udah lah. Dan ternyata dia sendiri masih belum selesai kuliah dan baru mengajukan judul skripsi. Skripsi? Halo?
"Sekarang di mana?" tanya Arya lagi.
"Di rumah," jawabku cepat.
"Wus, cepet banget ngejawabnya," sahutnya.
"Kamu di mana Fit?" tanyanya ke Fitri.
"Di Ar-Rohmah," jawab Fitri, hehe dia memang sudah jadi ibu guru dan ustadzah yang baik.

Waktu jadi terasa berjalan cepat. Rasanya baru kemarin aku belajar kelompok sama mereka. Melakukan eksperimen di pelajaran Kimia yang sempat memecahkan tabung kimia, tapi pura-pura nggak tahu. Mengerjakan tugas kelompok di bawah pohon sambil bercanda dan kadang saling menghina. Kali ini mereka semua sudah berubah. Apakah aku masih berjalan di tempat dan tidak melakukan perubahan? Sukses untuk kalian semua, kawan. Semoga kita semua bisa menjadi orang berhasil dan bermanfaat untuk orang lain.

Sore itu aku pulang dengan kenyang, hehe...berhubung ditraktir jadinya pesananku agak banyak.

Berubah. Satu kata itu...

2 komentar:

  1. panjang niaaan.. apakah aku juga telah berubah? :D

    BalasHapus
  2. hehe, iya ini lebih panjang dr postingan yg sebelumnya :)
    waktu. perubahan. perubahan mungkin bisa dilihat saat kita telah melompati beberapa alur waktu :D

    BalasHapus