Minggu, Mei 20, 2012

Meresapi Malam

Hari Kamis lalu, seorang sahabat menjemputku. Kami langsung pergi menuju ke rumah satu sahabat kami yang, katanya, kesepian di rumah. Padahal seminggu sebelumnya kami sudah menjenguknya. Ya sudahlah, mumpung lagi ada waktu luang juga. Kami sampai di rumahnya pukul setengah tujuh malam. Makan bakso. Mengobrol. Bercanda. Mengobrol. Sampai pukul setengah sepuluh malam.

Sepulangnya, aku dan sahabatku ini mampir ke Indomaret. Beli pulsa (sudah 10 hari hape tak berpulsa, heu) dan beli es krim. Jadi inget, selama hampir 6 bulan lamanya aku sering menyantap es krim. Sampai kadang ingin selalu mencicipi es krim yang belum pernah kucoba.

Sepeda motor diarahkan ke alun-alun Batu. Malam hari dan juga hari libur, alun-alun pun ramai oleh pengunjung. Kebanyakan memang anak-anak muda. Sahabatku langsung menepikan sepeda motornya. Kami duduk di bantalan trotoar, kemudian makan es krim.

Banyak hal yang diceritakan. Namun, aku lebih banyak mengalihkan perhatianku pada es krim yang kumakan. Hal-hal yang kami bicarakan tak jauh dari betapa banyak hal yang berubah selama beberapa tahun terakhir ini. Tiga sahabat kami sudah menikah. Salah satunya sudah mempunyai seorang putri yang sangat cantik. Dua yang lainnya kini sedang menanti buah hati pertama mereka.

Satu lagi sahabat kami kabarnya akan juga segera melangsungkan pernikahan. Satu yang lainnya akan segera dilamar. Dan satu lagi sedang bimbang memilih diantara dua pilihan. Ah, kenapa pembicaraan seperti ini selalu membuat perasaanku jadi aneh.

Kami menghabiskan es krim itu dengan sesekali mengomentari anak-anak muda yang bersliweran. Dulu sewaktu masih SMP-SMA, kami sering main ke alun-alun sepulang sekolah. Alun-alun Batu sekarang jauh lebih cantik dan pastinya makin ramai. Sejak alun-alun yang baru ini diresmikan, satu keinginanku: naik Bianglala, belum pernah terealisasikan.

Alun-alun Batu (sumber dari sini)

Pengen naik Bianglala... (sumber dari sini)

Malam-malam di Batu, dingin. Kami malah makan es krim. Sekitar pukul 22.15, aku diantar pulang sampai rumah. Sudah cukup lelah. Namun, aku sempat tidak bisa langsung tertidur. Teringat kembali bayangan-bayangan waktu. Banyak hal yang berlalu. Sudah ratusan malam yang terlepas. Sudah berapa helaan nafas yang terlewat begitu saja?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar