Jumat, April 27, 2012

Me-Time


Hampir dua bulan ini jarang banget keluar rumah. Paling banter seminggu sekali keluar rumah dan tujuannya pun kalau nggak ke perpust kota ya ke toko buku. Dua tempat itu adalah dua tempat ternyaman (buatku) menghilangkan rasa jenuh, hehe. Sebulan full kemarin kerja di rumah jadi "kuli artikel" hoho, ya nulis artikel berdasarkan pesanan. Disambi juga dengan melakukan beberapa hal yang ingin kujalani dengan serius nantinya.

Kemarin, akhirnya keluar rumah lagi. Tujuan: nyari kado buat adek sekalian beli buku, sama beli beberapa barang yang lain juga.

Naik angkot. Ngecek rekening ATM. Mampir-mampir ke beberapa toko beli sedikit ini-itu. Hunting beli kado buat adek. Dan, sadar kalau uang menipis jadi mampir ke ATM lagi buat ngambil uang. Terakhir: ngadem di Gramedia. Sengaja ingin menikmati me-time secara maksimal (haish), akhirnya duduk manis di satu-satunya tempat duduk yang ada di dalam Gramedia dan melahap dua buku: Te-We sama Travellous. Latihan speed reading juga, jadi ngebaca semua halamannya dengan secepat yang aku bisa, pokoknya tamat saat itu juga. Lumayan lah, meski sempet ada anak kecil iseng yang ngeliatin aku baca buku dan kubalas dengan senyuman (meski aslinya pengen melototin balik (lho?)).

Jam 4 sore pun balik pulang. Tak lupa lagi-lagi 'kebobolan' ngebeli buku Dreamcatcher sama novel Konser. Risikonya pun jadi hanya tersisa beberapa lembar uang ribuan di dalam dompet. Boros sekali bulan ini, "kebobolan" beli banyak buku, hiks.

Nyampe rumah langsung ngebungkus kado buat adek. Makan bakso sebentar. Trus cabut lagi karena ada temen yang mau nraktir makan di Waroeng Steak & Shake yang baru buka cabang di deket terminal Landung Sari. Kemarin dia baru saja berulang tahun dan kutagih buat traktiran. Ya, lumayan bisa dapet traktiran gratis (pengen mesen Steak yang mahal tapi sungkan, heu). Aku juga udah nyiapin kado buat dia. Nggak banyak cerita yang bisa kubagi saat itu karena dia curhat panjang lebar. Weits, masalah oh masalah... Aku pun berusaha jadi pendengar yang baik saja.

Mungkin hari-hari yang kujalani beberapa minggu terakhir ini tidak ada yang spesial. Berjalan dengan adem ayem, tapi ya aku tahu masih ada hal-hal yang lain yang harus kulakukan. Tidak bisa hanya diam tanpa melakukan apapun. Kadang ngerasa risih dengan orang-orang luar yang berbicara ini-itu. Ada rasa khawatir tidak bisa melakukan hal yang terbaik setiap harinya. Masih saja ada rasa takut untuk melangkah lagi, mendapatkan sesuatu itu. Masih saja merasa kecewa jika belum bisa melakukan yang terbaik di setiap harinya. Untuk saat ini, berdamai dulu dengan apa yang kudapat. Melakukan yang terbaik setiap waktunya. Ya, percuma juga mengingat apa yang terjadi di masa lalu dan menyesalinya. Percuma juga khawatir dengan apa yang akan terjadi di masa depan. Meskipun tampaknya aku hanya menjalani hari-hari yang biasa, setidaknya aku bisa terus belajar melakukan yang terbaik di setiap harinya. Tidak hanya bermalas-malasan, tetapi sedang melakukan sebuah rahasia.

*ta-ra-ta-ta-ta...la-la-la...*



Beberapa hari terakhir ini juga aku menghabiskan beberapa bacaan yang belum sempat "dikhatamkan". I do utilize my time to the fullest me-time :)

Minggu, April 22, 2012

Ruang dalam Kotak

Kupikir semua orang selalu punya kehidupannya sendiri-sendiri. Inilah yang membuatku kadang terlalu gagu untuk sekedar menanyakan kabar mereka semua. Apa yang ada sebelumnya belum tentu ada saat ini. Banyak hal baru yang datang dan hidup. Ada juga hal-hal yang hilang.

Jika, hanya jika, aku diberikan sebuah pertanyaan. Mungkin aku akan menjawab tidak. Tidak pernah terlintas sekalipun aku bisa hidup di bumi ini. Tidak ada satu pun keinginan, dulu sebelum dilahirkan, untuk hidup seperti ini. Mungkin aku akan lebih memilih untuk menjadi malaikat. Atau menjadi setan sekalipun. Namun, kuasaku tak ada apa-apanya.

Saat berada sendirian di dalam sebuah kotak. Yang terlihat dan terjamah adalah empat sisinya. Meraba setiap inci ruang itu. Kadang berjalan hilir mudik di dalamnya. Lebih sering hanya berputar-putar di dalamnya. Kebingungan. Hal apalagi yang bisa lebih menyedihkan jika dibandingkan dengan kebingungan. Orang yang bingung itu terlihat tak utuh. Terombang-abing, berpusing dengan akal dan pikirannya sendiri. Tak bisa mengambil keputusan. Terlalu sesak untuk sekadar mengambil sejumput nafas. Terlelap dalam khayalan tentang dunia mimpi.

Ruang itu seakan membayangiku dengan kilasan ketakutan. Sebongkah ketakutan yang menggiring ke rasa-rasa takut yang lain. Menabraki dinding yang kasat mata. Mencoba menerobos tapi terpental. Melawan rasa takut, tapi ketakutan itu malah menelan bulat-bulat. Seakan tak ada pijakan. Seakan tak pegangan. Melayang-layang di dalamnya. Tanpa arah apalagi tujuan. Rasa kalut yang masih saja menyelubungi pandang.

Satu orang dalam satu kotak. Kadang kotak itu membuat penghuninya terlena di dalamnya. Membuat orang lain terlalu hina untuk bisa menyentuhkan jarinya apalagi memanggil sebuah nama. Di sisi yang lain, kotak itu menjebak. Memerangkap penghuninya sendiri di dalamnya. Membuatnya sesak. Tak ada udara.

Semoga semua masih bisa bertahan di dalamnya. Di dalam ruang sebuah kotak.

Titik Bahagia


"Apa itu bahagia?" tanyaku.
Dia terdiam beberapa detik. Pandangan matanya masih menyapu langit malam.
"Kenapa kau pertanyakan?" dia malah balik bertanya.
Ah, selalu. Pertanyaanku selalu dijawabnya dengan pertanyaan baru.
"Memangnya kenapa aku tidak boleh bertanya?" aku mulai kesal.
Kini ia menatapku kemudian tersenyum, "Menurutmu sendiri?"
"Hmm...," aku berpikir sejenak. Mencoba mencari kata-kata untuk mendeskripsikan kata itu.
Kami terdiam beberapa saat. Dia merapatkan jaketnya.
"Saat tidak ada kekhawatiran. Saat tidak ada kesedihan atau penderitaan," jawabku.
"Bagaimana jika kebahagiaan adalah penderitaan itu sendiri?"
"Maksudnya?"
"Seseorang akan merasa bahagia saat ia melihat orang lain menderita. Jadi, kebahagiaan itu adalah penderitaan."
"Atau sama juga dengan kesedihan dan kekhawatiran. Ada orang yang baru bisa merasa bahagia saat ia berhasil membuat orang lain sedih dan khawatir," sambungnya.
Benar juga.

"Tapi, itu kan bukan kebahagiaan yang sesungguhnya," sanggahku.
"Lalu, apa kebahagiaan yang sesungguhnya itu?"
"Sebentar...," aku memerlukan sedikit jeda, "Saat kita bisa memberikan kebahagiaan kepada orang lain?"
"Benar kah dengan begitu kita akan bahagia?"
"Ya, setidaknya orang lain bisa bahagia. Di dunia ini masih cukup banyak orang yang merasa bahagia ketika orang-orang di sekitarnya bisa bahagia karena dirinya."
Dia mengangguk. Syukurlah, kali ini ia  bisa sependapat denganku.
"Dan, di mana letak kebahagiaan itu?"
Ah, mengapa dia malah bertanya lagi.

"Di dalam hati."
"Kebahagiaan yang tulus ada di dalam hati. Letak kebahagiaan yang sejati ada di dalam hati," lanjutku lagi sebelum disanggahnya lagi.
"Apa buktinya?"
"Hati sendiri yang akan membuktikannya."
Dia menyunggingkan sebuah senyuman. Setidaknya kali ini ia tak akan mendebatku terlalu jauh.

"Buatku, kebahagiaan itu saat kita merasa kosong. Benar-benar tidak ada isinya. Kecuali sebuah rasa...," dia menggantungkan kata-katanya sejenak. Aku sebal jika dia sudah berada di titik ini karena pasti akan membuatku tak bisa menanggapi atau mengeluarkan sepatah kata pun lagi.
"Sebuah rasa yang hanya bisa kita rasakan tetapi tak cukup kata untuk mendeskripsikannya. Sebuah rasa yang ringan. Kita tahu masih ada beban dalam kehidupan kita, tapi kita yakin bahwa akan selalu ada cara untuk mengatasi semua masalah di setiap beban itu. Saat kita merasa sudah lelah, kita masih bisa berjalan ke depan karena kita tahu kelelahan ini pasti akan terbayar di ujung jalan sana. Kadang menangis juga adalah sebuah bentuk dari kebahagiaan itu sendiri."
Menangis?
"Di saat hanya ada kita dan Dia. Mencurahkan semua rasa pada-Nya. Bergantung pada-Nya. Percaya bahwa kita tidak pernah sendiri. Menitikkan air mata bukan karena duniawi tapi lebih karena ingin selalu berada di dekat-Nya, tidak ingin jauh dari-Nya. Menangis karena sebentuk rasa syukur. Hanya orang-orang beruntung yang bisa mendapatkan kebahagiaan yang seperti ini."



"Jadi, kebahagiaan itu...," dia menoleh kepadaku.
"...ada di dalam diri setiap manusia," sambungku kemudian tersenyum padanya.

 



Kamis, April 19, 2012

Lead the Dream, Direct the Passion

Mengikuti impian itu membuat gila. Kadang bikin pusing dan ujung-ujungnya bikin suntuk seharian.
Jadi, lebih baik tak punya mimpi?

Menemukan lentera jiwa itu menyenangkan. Namun, sekadar ditemukan? Lalu?

Well, just lead that dream and direct the passion...through several ways...
How? You define that!

Jumat, April 13, 2012

Dapet Buku Gratis!

Karena rutinitas kerja harian adalah duduk di depan monitor dan bikin tulisan (dengan modal utama Google), jadilah selalu nggak bisa lepas sama internet. Nggak bisa lepas sama internet artinya juga selalu nempel sama Twitter dan Facebook. Kalau Facebook hanya sesekali diintip lalu di close, kalau Twitter lebih sering diintip apalagi kalau ada hal-hal baru.

Dan barusan pas lagi ngecek update-an Twitter mas Ariy (@ariysoc) penulis buku perjalanan: Rp2 Jt-an Keliling China Selatan, Rp 1Jt-an Keliling Thailand. Travelicious Series: Yogya & Solo, Jatim & Madura, Medan, ngadain kuis buat ngedapetin buku Travelicious Medan

"caranya gampang.Ceritakan apa yg menginspirasi kamu buat traveling? pake hashtag .Ditunggu smp 13.30 yak"

Dan, iseng-isenglah aku ikutan. Dengan jawaban...

"cari lebih bnyk lg pelajaran hidup & nemuin jodoh yg mgkin jg sama-sama suka keluyuran traveling hehe :)

Beberapa menit kemudian, muncul twit...
selamat ya..kamu dpt gratis. DM nama dan alamat lengkap yak. Buat yg blm beruntung, makasih partisipasinya :)

Huwooo...dapet buku gratisan, buku traveling lagi, asiiiik...eh, alhamdulillah :)
alhamdulillah :) akhirnya bs dpt gratis. DM segera diluncurkan, sukses selalu! *asik...asik...*

Karena selama ini agak susah kalau pakai alamat rumah sendiri, jadi aku numpang pakai alamat temen. 
DM sent!

Ouwch, nggak sabar bisa ngedapetin buku baru (dan gratis pula!) :)