Kamis, Maret 22, 2012

Keep the Memories

Bagaimana pun juga ada keluarga baru yang kutemukan di sana :)
Tidak ada rasa penyesalan yang tertinggal. Hanya rasa syukur karena sudah diberi kesempatan untuk bisa bersama mereka.
Juga,
beberapa potong kenangan yang tidak akan pernah terlupakan.

Ngemil stroberi di suatu sore.



"Kalap" di bukfer dan menjadi beban terberat saat balik ke rumah, heu...



Senja di Jakarta (macet habis dari Indonesia Book Fair 2011)


Hiking Dago Pakar-Air Terjun Maribaya, Tangkuban Perahu bareng temen kantor.

 



Liburan akhir tahun dari kantor ke Pangandaran.




Jalan yang kulalui dari kost ke kantor. 


Meja kerja & ruang kerja :) Sesekali sarapan bubur kacang...
 



 


Wisata buku... Ditambah iklan nyanyian anak-anak TK (kadang jadi hiburan di kantor, kadang emang rada ngeganggu juga, hoho)




Kalau iseng suka bikin origami bangau :D


Pagi di Pantai Pangandaran...


Kenang-kenangan buku dengan beberapa testimoni :))


Tidak akan pernah ada yang akan dilupakan.
Semua masih akan sama :)

Senin, Maret 19, 2012

Segelas Teh Tawar

foto diambil dari sini

Segelas teh hangat disajikan. Disesap sedikit, ah, tawar. Setelah sekian lama terbiasa minum teh manis, teh tawar ini rasanya tidak begitu bersahabat di lidah. Meskipun begitu ia tetap berusaha untuk menyesapnya sedikit demi sedikit. Agar si pembuat teh tidak tersinggung. Agar tidak ada minuman yang mubadzir. Juga, agar ia bisa memulai untuk beradaptasi hidup di kota ini.
Ia menamainya kota B. Salah satu ibu kota provinsi di Pulau Jawa yang, menurut salah seorang kawannya, paling nyaman untuk ditinggali. Udaranya sejuk, makanannya enak, tempat belanjanya meriah, tempat wisatanya beragam, dan menjadi salah satu kota incaran untuk menuntut ilmu. Ada juga yang menjulukinya Parijs van Java. Namun, ia lebih suka menjulukinya dengan kota B. Semoga tidak ada yang protes dengan caranya menyebut atau menjuluki sesuatu.
Setelah menempuh perjalanan selama 18 jam dengan kereta api ditambah dua kali naik angkot, ia kembali menyesap teh tawar yang dihidangkan di warung itu sembari menunggu makanan pesanannya datang. Sempat ada setitik keraguan dari keputusannya untuk tinggal di kota B—meski hanya untuk beberapa bulan saja. Akan tetapi, rasa penasaran yang dimilikinya lebih membunuh daripada keraguan yang ada di benaknya. Hingga tak ada pilihan lagi selain membuatnya benar-benar berangkat dan belajar hidup di kota B. Meninggalkan zona nyaman dan bertualang menemukan pengalaman-pengalaman baru dirasakannya cukup menantang.
Makanan yang dipesannya belum juga datang. Ia mendengar orang-orang di sekitarnya berbicara dengan menggunakan bahasa yang tidak ia pahami. Anehnya, ia mengerti apa yang sedang dibicarakan. Tidak paham dengan bahasa yang digunakan tetapi sangat mengerti maksud pembicaraan. “Hatur nuhun” yang didengarnya memiliki makna yang sama dengan “matur nuwun” yang sering diucapkannya, setidaknya itu pelajaran pertama yang ia dapat. Ingin bisa ikut berbincang, tetapi lidahnya kelu. Akhirnya, ia lebih memilih diam dengan tetap sabar menunggu makanan yang dipesannya datang.
 Ada keramaian di depannya. Rupanya seorang pedagang yang baru saja menggelar dagangannya telah menarik perhatian banyak orang. Ia beranjak dan ikut melongok. Sang pedagang menawarkan barang dagangannya dengan sangat atraktif. Di tempat tinggalnya, orang-orang kota B dikenal sebagai pedagang-pedagang yang handal. Sepertinya memang tak sepenuhnya salah, dia melihat langsung betapa perdagangan sangat ramai di kota B. Ada kesan dinamis yang dirasakannya. Ia berkeliling sebentar. Beragam barang tampak diperjualbelikan. Setiap pedagang melakukan beragam cara menarik untuk mengundang pembeli. Riuh bersahutan. Tak ada yang diam.
Beberapa tahun sebelumnya ia sangat penasaran dengan kota B. Sebagian orang bilang bahwa kota B sangat mirip dengan kota kelahirannya. Diperhatikannya lagi beberapa kemiripan antara kota B dengan kota kelahirannya: kota yang dipenuhi angkot; makanan yang lezat dengan banyak pilihan; dan tempat yang seru untuk menghabiskan akhir pekan. Mungkin ada dua perbedaan yang terasa. Lalu lintas kota B lebih padat dibandingkan kota kelahirannya dan tidak ada moda transportasi bus Damri di kota asalnya. Oh, satu lagi. Di kota B tidak dijumpai deretan toko buah yang dipenuhi gundukan buah apel seperti yang sering ditemuinya di kota kelahirannya.
Setelah berjalan beberapa saat, ia kembali lagi ke warung yang tadi ditinggalkannya. Kembali duduk di tempatnya tadi menyesap teh tawar. Rasanya masih tawar dan sudah dingin. Makanan pesanannya belum juga diantar. Ia menunggu lagi.
Segelas teh hangat kembali diberikan. Rupanya makanan yang dipesannya butuh waktu memasak yang lebih lama dari biasanya. Disesapnya lagi teh tawar hangat itu. Berbeda. Kali ini lidahnya sudah mulai terbiasa dengan rasa teh yang tawar itu. Mungkin kota B masih akan terasa asing baginya, tetapi ia percaya bahwa semua pengalaman yang akan didapatkannya di kota ini akan memperkaya hidupnya.
Dihabiskannya teh tawar yang tersisa di gelasnya dalam sekali teguk. “Boleh minta satu gelas lagi?” pintanya.



Kamis, Desember 15, 2011

Sekilas Tentang Creative Writhink

Hmm, mau sharing tentang creative writhink bareng Fahd Djibran seminggu yang lalu di Pameran Buku Bandung aja deh. Seminggu yang lalu sempet ikutan di acara temu penulis dan sekilas tentang creative writhink dari jam setengah 8 malem sampe jam 8 malem-an.

Writhink: menulis kreatif dengan berpikir kreatif. Jadi, nggak sekedar menulis tapi juga berpikir secara kreatif saat proses penulisan itu sendiri.

Menulis itu menyampaikan gagasan dengan kata-kata yang tepat, jadi ada kombinasi sempurna di dalam kata-kata dan pikiran.

"I'm not a good writer, I'm a good re-writer," kata Fahd Djibran. Kadang yang kita tuliskan adalah hal yang sama yang pernah ditulis oleh orang lain tetapi dengan cara/gaya yang berbeda. 

Tulisan yang baik itu mencakup 4 hal:
-content
-context
-coherence
-color
Dalam sebuah tulisan yang bagus itu ada satu pesan besar yang disampaikan dan bagaimana pesan itu didukung dengan info-info lainnya. Juga, harus dicermati tentang ke mana dan di mana tulisan itu akan "berada" terkait siapa pembacanya dan di media mana tulisan itu diterbitkan. Dan yang penting juga ada kekhasan dalam tulisan itu sendiri; ada cara/pendekatan dari pikiran kita sendiri.

Fahd Djibran juga mulai mempopulerkan fiksi lintas media. Sampai ada sebuah mimpi kalau nantinya yang ada di pameran itu bukan hanya lukisan/gambar, tetapi kata-kata, trus juga yang ada di konser bukan hanya lagu/musik tapi kata-kata.

*maaf, kalau informasinya choppy soalnya yang ditulis (eh diketik) di hape waktu ikut acara cuma berupa frase-frase singkat hehe.

Di akhir acara ditampilkan sebuah video revolvere project (bisa diliat di youtube tapi aku lupa link-nya), penggabungan antara narasi cerita dengan sebuah lagu. Karena aku udah mengunduh videonya, jadi aku udah nggak terlalu merhatiin lagi. Eh, malah sempet ngeliatin yang jadi fotografer pas acara itu, manis sih orangnya hehe [I just love seeing a guy who has dimples in his cheeks], pengen aku candid difoto pake kamera hape tapi nggak enak juga kalau ketauan, jadi ya cuman diliatin doang [haha, ngga' penting].

Kamis, November 24, 2011

At Office

My Desk for These 6 Months

(masih ada setumpuk katalog buku dr Frankfurt--tuh yg di pojok)

Sempet ngemil buah stroberi di sore hari (dimakan rame-rame)

Minggu, Oktober 23, 2011

Jalan Pulang

Lama nggak update nih blog :(
Kemana aja?

Masih di sini.
Belum ke mana-mana.
Hanya saja ingin rasanya kembali...
pulang...

Kenapa aku jadi ingin pulang?


"We just need to stay away for a moment to get back home."
"We never know what 'comeback' is, if we haven't been anywhere." [Life Traveler]

(posting singkat di tengah waktu istirahat siang^^)